Saturday, February 12, 2011

[daarut-tauhiid] Wartawan AnTV : Berbagai Pertanyaan Tentang Kasus Cikeusik

Wartawan AnTV : Berbagai Pertanyaan Tentang Kasus Cikeusik


*Ditulis oleh Hanibal Wijayanta*

*Journalist/Executive Producer** · **Mar 2006 to present** · Jakarta,
Indonesia*

Ada beberapa pertanyaan kami tentang peristiwa yang terjadi di Cikeusik hari
Minggu lalu. Apa yang sebenarnya terjadi?

Tentang kesan pembiaran dan ketidaksigapan polisi. Hari Jumat (4 Februari
2011), ketika massa sudah mulai berdatangan ke Umbulan, Cikeusik,
Pandeglang, Banten, aparat lokal sebenarnya sudah tahu tentang hal itu.
Polsek sudah mengerahkan polisi ke lokasi. Polres sudah tahu dan sudah
siaga. Menurut kabar dari keluarga seorang kawan di ANTV, sejak Jumat itu
aparat di seluruh Kabupaten Pandeglang sudah tahu kalau ada rombongan massa
yang datang ke Cikeusik. Hari itu juga Suparman (tokoh Ahmadiyah lokal) dan
keluarganya pun sudah dievakuasi polisi. Kemudian pada Sabtu malam (5
Februari 2011), massa Ahmadiyah datang dengan dua mobil dari Bogor dan
Jakarta.


Menurut polisi, mereka telah menyuruh warga Ahmadiyah yang baru datang itu
untuk pergi/dievakuasi, tapi mereka menolak. Karena itu polisi pun
meninggalkan lokasi. Pertanyaannya, mengapa polisi membiarkan mereka
bertahan di situ? Mengapa polisi tidak berinisiatif untuk memaksa mereka
pergi dan mengevakuasi ke tempat aman? Bukankah mereka sudah tahu bahwa
kondisi sudah demikian gawat? Di sinilah terkesan polisi membiarkan
bentrokan akan terjadi dengan menarik anggotanya dari lokasi. Bahkan kawan
kami di redaksi bercerita bahwa saudaranya yang bekerja di pemda Pandeglang
bertanya-tanya, mengapa bentrokan itu terjadi padahal seharusnya bisa
dicegah karena sudah diketahui sejak awal.


Tentang Massa Ahmadiyah. Mengapa massa Ahmadiyah yang baru datang dengan dua
mobil itu menolak dievakuasi? Ada kesan bahwa mereka memang sengaja
mempersiapkan diri untuk menjadi martir karena kedatangan mereka jelas bakal
memprovokasi massa yang sudah terpancing emosinya sejak dua hari sebelumnya.
Lalu apa tujuan mereka? Apalagi massa Ahmadiyah itu sempat mengatakan bahwa
mereka ingin bertahan sampai titik darah penghabisan. Mengapa? Apakah mereka
memang berharap agar kasus ini meledak dan kemudian menjadi perhatian
masyarakat di dalam dan luar negeri? Ataukah mereka dikorbankan untuk
scenario berdarah ini?


Penggerak Massa: Dari gambar-gambar video yang muncul di Youtube maupun yang
kami dapatkan sendiri di lapangan, tampak jelas bahwa pada awalnya massa
tampak digerakkan oleh belasan orang berjaket hitam, sebagian berkaos
t-shirt dan kemeja dan bersenjata golok. Yang menarik, mereka ini membawa
tanda pengenal berupa pita biru di kerah, atau di dada atau di lengan atas.

Nah, tidak seperti massa cair yang cenderung bergerak setelah berkumpul
banyak orang, belasan orang ini berjalan dengan langkah pasti, dengan jarak
sekitar beberapa ratus meter, menuju rumah warga Ahmadiyah itu (rumah
Suparman). Begitu sampai di depan pekarangan rumah Suparman mereka langsung
menghajar warga Ahmadiyah yang berjaga di pekarangan dengan serangan memakai
golok, bambu, batu dan lain-lain. Dari gerakan-geriknya, mereka tampak sudah
sangat terlatih memainkan golok, mampu berkelit dengan tangkas dan
berkelahi. Anehnya, ketika massa mulai nimbrung, pentolan-pentolan penggerak
massa ini sudah tidak tampak lagi... Lalu ke mana mereka pergi?

Adanya beberapa kamera video yang sudah standby dari awal. Bagi orang
televisi seperti kami, adanya gambar-gambar video yang menggambarkan
peristiwa penyerbuan itu sejak awal hingga akhir sangat menarik. Sebab, dari
cara mengambil gambarnya saja, sang cameraman terlihat cukup berpengalaman,
dengan kamera yang cukup baik, dan yang lebih penting lagi kamera yang ada
di lokasi itu tampaknya ada beberapa, minimal dua atau tiga buah, dengan
posisi yang sangat bagus dan bisa bercerita banyak tentang peristiwa itu.

Mari kita lihat kamera pertama. Kamera pertama ini mengambil gambar long
shoot ketika belasan orang berjalan dengan bergegas, dipimpin seorang lelaki
berjaket hitam dan berkopiah hitam. Kamera ke dua mulai merekam ketika
belasan orang itu semakin mendekati lokasi, berteriak-teriak, mulai dari
long shoot kemudian medium shoot hingga si pemimpin masa sempat diambil
gambarnya dalam jarak dekat secara closeup meski hanya sekilas. Lalu kamera
bergerak pan ke kanan dan mengambil gambar ketika seorang polisi mencoba
menahan massa tapi kemudian membiarkan mereka. Mengapa polisi tidak terus
menahan mereka, mengeluarkan tembakan peringatan dan sebagainya? Apakah
karena polisi itu melihat pita-pita biru yang dipakai belasan orang itu?
Ataukah mereka saling kenal?

Selanjutnya ketika bentrokan awal mulai terjadi, tampak jelas betapa kamera
yang mengambil gambar itu berada di belakang penyerbu. Yang menarik
cameraman yang mengambil suasana bentrokan itu terkesan tidak takut dan
seolah sudah saling mengenal dengan penyerbu, sehingga mereka bisa mengambil
gambar dengan tenang. Hal itu pula yang terjadi ketika warga Ahmadiyah yang
sudah ditelanjangi kemudian dipukuli dan dianiaya dengan sadis. Kamera tetap
mengambil gambar tanpa takut, tidak dilarang untuk mengabadikan penganiayaan
itu, dan bahkan mengambil gambar orang-orang yang mengambil gambar kekejaman
itu dengan handphonenya.

Soal gambar-gambar video diupload di Youtube. Di Cikeusik kontributor kami
memang terlambat sampai ke lokasi. Baru sore dia sampai lokasi. Tapi
contributor kami ini datang bersama para wartawan dan kontributor dari media
lainnya. Maka yang pertama kali dikirim dari lokasi peristiwa adalah
gambar-gambar pasca kejadian. Mengirim gambar via streaming dari lokasi juga
tidak bisa dilakukan dengan cepat, maka baru pada malam hari gambar pasca
peristiwa terkirim dari warnet di kota kecamatan.

Nah, di saat kontributor televisi kerepotan ke lokasi dan kemudian mengirim
gambar yang mereka dapat sendiri di kota kecamatan, ternyata gambar-gambar
peristiwa bentrokan terjadi yang begitu jelas dan gamblang itu sudah
diupload ke youtube pada Senin pagi 7 Februari 2011, dengan beberapa nama
uploader. Ada yang dengan nama andreasharsono, amatkuat dan sebagainya. Lalu
mengapa gambar-gambar itu bisa begitu cepat terkirim di Youtube, sementara
kontri kami dapat gambar-gambar itu besoknya. Dari mana mereka mendapat
gambar-gambar itu?

Ada tiga seri "video amatir" yang kami dapat dari lapangan. Pertama kami
dapat dengan merekam langsung gambar itu dari kamera handphone seorang…
petugas Kodim… Gambar itu identik dengan salah satu gambar video kekerasan
di Cikeusik lewat Youtube yang menggambarkan suasana saling lempar dan bacok
antara warga Ahmadiyah melawan penyerang.

Gambar kedua adalah gambar terpanjang, sekitar 10 menit. Gambar ini kami
dapat ketika reporter kami sedang berada di sebuah warnet di kota kecamatan
Cikeusik. Saat itu ada seorang polisi di sana. Karena koordinator liputan
daerah meminta gambar video amatir yang lain –selain yang pertama--, maka
reporter itu langsung berinisiatif meminta kepada si polisi, "Punya video
amatir soal penyerbuan kemarin nggak, Pak?" Polisi itu menjawab, "Ada tuh di
computer yang kamu pakai, tadi barusan ditransfer…" (???) Yang menarik,
gambar ini sama dengan gambar video yang isinya pembakaran dan penganiayaan
sadis warga Ahmadiyah yang diupload di Youtube.

Video ketiga didapat reporter kami dari seorang warga yang mengambil gambar
dengan handphonenya ketika suasana mulai agak reda sampai penganiayaan.
Kualitas ketiga video ini berbeda-beda. Yang pertama karena diambil dengan
kamera handphone langsung sangat berbeda dengan video gambar cenderung flat
dan tidak begitu kelihatan detailnya. Gambar ke dua lebih detail dan gambar
pun stabil. Sedangkan gambar ketiga karena dari kamera handphone sederhana
kualitas gambar lebih buruk.

Namun gambar yang detail kami dapat kemudian, sebagaimana gambar video yang
diupload di Youtube, tergambar secara detail suasana kedatangan para
penggerak massa, sampai masuk ke pekarangan dan bentrokan awal, kualitas
gambarnya jauh lebih bagus. Gambar video ini juga lebih bercerita, dengan
berbagai sudut pengambilan gambar yang bagus, cara mengambil gambar pun
tampak lebih professional. Lalu siapa yang mengambil gambar ini? Mengapa
pengambilan gambarnya begitu professional? Mengapa mereka kelihatan tidak
berkonflik dengan penyerang? Lalu apa motif mereka?

Hingga kini kami masih belum menyimpulkan dalang kasus ini secara pasti.
Tapi paling tidak, kami jadi bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi?
Siapa yang sedang bermain-main dengan nyawa manusia?

http://www.voa-islam.com/news/citizens-jurnalism/2011/02/11/13280/wartawan-antv-berbagai-pertanyaan-tentang-kasus-cikeusik/


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

0 comments:

Post a Comment